Varian Delta dengan label Pango B.1.617.2 merupakan varian yang telah termasuk dalam variant of concern (varian yang diwaspadai), karena penyebarannya yang cepat dan kemungkinan kemampuannya dalam menghindari kekebalan dari vaksin. Belum ada data yang cukup mengenai mutasi virus ini, tetapi diperkirakan terdapat dua atau lebih mutasi protein spike yang berperan.
Salah satu mutasi yang diyakini menjadi karakteristik khas varian delta adalah P681R, yang terjadi di dekat furin cleavage site. Furin cleavage site merupakan bagian dari protein spike yang memiliki peran penting dalam virulensi dan patogenesis SARS-CoV-2. Sehingga mutasi P681R mempengaruhi dinamika replikasi virus dan meningkatkan kemampuan virus dalam menginfeksi sel saluran napas. Selain itu, terdapat mutasi lain seperti mutasi L452R yang meningkatkan kemampuan infeksi dan fusi ke sel, serta mutasi E484Q yang menyebabkan resistensi terhadap neutralizing antibodies (NAb) dari riwayat infeksi maupun vaksinasi COVID-19.
SARS-CoV-2 varian delta pertama kali teridentifikasi di Maharashtra India, pada bulan Desember 2020. Kemudian menyebar dengan cepat dan mengakibatkan peningkatan kasus harian COVID-19 hingga 30.000 kasus di New Delhi pada akhir April 2020. Di Indonesia, varian delta telah terdeteksi di beberapa wilayah. Pada pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) terhadap 70 sampel acak pasien COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah setelah libur Idul Fitri 2021, ditemukan 82% sampel merupakan varian delta.
Virus SARS-Cov-2 varian Delta diketahui lebih mudah dan cepat menular daripada varian virus Corona lainnya. Riset sejauh ini menyebutkan bahwa COVID-19 varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi hingga 40% dibandingkan virus Corona varian Alpha.Lonjakan kasus yang terjadi secara cepat di beberapa daerah menjadi bukti cepatnya penyebaran varian ini yang mau tidak mau membuat tenaga kesehatan kuwalahan menanganinya. Sulitnya pasien mendapatkan ruang perawatan, berita penutupan IGD di beberapa rumah sakit, ketersediaan oksigen yang menipis, maupun meningkatnya angka kematian pada kasus isolasi mandiri tak mampu memungkiri bahwa varian delta ini sangat mengkhawatirkan.
Gejala COVID-19 Varian Delta meliputi nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, batuk, sesak nafas, mual atau muntah , diare atau sakit perut, kehilangan nafsu makan, badan lemas, demam, dan kehilangan fungsi indera penciuman atau perasa. Mengingat COVID-19 varian Delta kian banyak terlaporkan di Indonesia, terapkanlah protokol kesehatan yang berlaku. Selalu ingat untuk mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, serta melakukan vaksinasi COVID-19.
(dr. Tiwi)